Jumat, 07 September 2007

BAHAN AJAR

BAHAN AJAR

PSIKOLOGI ANAK DAN REMAJA

Jurusan/Semester/SKS : Bimbingan Konseling / IV / 3 SKS

Pengampu Mata Kuliah : Bara Sabarati, S.Psi

Sumber Buku / : Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,

Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dkk

Gunarsa, Singgih D, Psikologi Perkembangan, BPK Gunung Mulia, 1975

Daftar Pustaka : Atmodiwirjo, Ediasri: Psikologi Perkembangan; Bahan Penataran Tim Penatar Taman Kanak-Kanak Tingkat Nasional Jakarta 1980

Hurlock, E.B., Child Development, UC Graw Hill Book, Inc. 1973

Gunarsa, Singgih D, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, BPK Gunung Mulia, 1981

Anthony, E.J., The Behaviour Disorder Childhood Dalam Mussen, P.H. (Ed); Car Michael’s Manual Of Child Psychology (3rd Ed). Vol II, John Wiley & Sons, N.Y., 1970

Cole, L & Hall, I.N., Psychology Of Adolescense, New York: Holt, 1970

MC Candless, B.R., Adolescens: Behaviour and Development, Hinsdale, III: Dryden, 1970

v JABARAN POKOK BAHASAN UNTUK PERTEMUAN

ü Bahan pertemuan ke 1

Pokok bahasan /sub pokok bahasan

§ Psikologi anak dan remaja

1. Tujuan umum psikologi anak dan remaja

2. Tujuan khusus psikologi anak dan remaja

3. instrumen yang digunakan

ü Pertemuan ke 2 dan 3

§ Perkembangan anak

- suatu tinjauan dari sudut psikologi perkembangan

ü Pertemuan ke 4, 5 dan 6

§ Kepuasan oral pada bayi dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak

ü Pertemuan ke 7 = evaluasi 1 (quis)

§ Materi pertemuan 1 sampai dengan ke 6

ü Pertemuan ke 8, 9, dan 10

§ Perkembangan aspek moral dan sosial pada anak

1. Peranan orang tua terhadap perkembangan moral anak

2. Menanamkan disiplin pada anak

ü Pertemuan ke 11 = evaluasi tengah semester/mid

§ Materi pertemuan awal sampai dengan ke 10

ü Pertemuan ke 12, 13, dan 14

§ Keadaan khusus dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak dan peran terapi keluarga

1. Pengaruh perceraian orangtua terhadap anak

2. Terapi keluarga dan peranannya dalam menghadapi masalah tingkahlaku anak dan remaja

ü Pertemuan ke 15

§ Perkembangan remaja

§ Mengenal dan memahami proses tumbuh kembang remaja

ü Pertemuan ke 16

§ Perkembangan kepribadian remaja

ü Pertemuan ke 17

§ Responsi

Asistensi akhir tugas mata kuliah Psikologi Anak dan Remaja

ü Pertemuan ke 18

§ Evaluasi akhir semester

Sebagian materi pertemuan awal hingga akhir

PERKEMBANGAN REMAJA

BAB IV

PERKEMBANGAN REMAJA

A. MENGENAL DAN MEMAHAMI PROSES TUMBUH KEMBANG REMAJA

SIAPAKAH REMAJA ITU?

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak kedewasa, yang diwarnai dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat baik segi fisik maupun psikologisnya. Perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik tersebut.

Diantara perubahan fisik tersebut, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi tinggi dan panjang), mulai berfungsinya alat reproduksi (ditandai dengan haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki) serta tanda-tanda seksual sekunder yang mulai tumbuh.

Mengenai batasan usia remaja, banyak para ahli mencoba memberikan batasan-batasan yang diantaranya ditemukan perbedaan di dalam memberikan rentang usia remaja, namun secara umum yang dikatakan remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13 sampai dengan 21 tahun.

Pada kurun waktu yang relatif singkat telah terjadi perubahan yang sangat pesat baik pada segi fisik maupun psikhis, sehingga dapat dimengerti apabila pada periode remaja terjadi banyak perilaku yang sedikit menonjol dan berbeda dari perilaku individu pada umumnya.

Tidak jarang kita mendengar banyak remaja yang bermasalah, karena sesuai dengan kondisi fisik maupun psikologisnya yang sedang berada pada posisi labil dan krisis, memungkinkan terjadinya perilaku yang menyimpang sebagai akibat ketidak mampuan remaja melakukan pengendalian diri terhadap situasi yang merangsang kehidupan emosionalnya.

Masa remaja juga menghadapi kondisi pencarian identitas. Remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya di masyarakat dan cenderung merasa tidak puas dengan keberadaan diri, sehingga berupaya untuk menarik perhatian dari lingkungannya/tampil beda. Tidak jarang penampilan remaja banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Meskipun demikian, dari jumlah yang bermasalah, masih lebih banyak jumlah remaja yang dapat melewati masa remajanya dengan aman, sukses dan berprestasi, adalah mereka yang mampu mengalami hambatan-hambatan dengan baik. Orang dewasa terutama orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, seyogyanya perlu mengerti dan memahami apa yang terjadi pada proses tumbuh kembang anak atau remajanya, sehingga dapat berperan aktif untuk membimbing, mengarahkan dan mengantarkan mereka menuju puncak kebahagiaan sebagai anak-anak yang tidak bermasalah.

PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan : Adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan adanya peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur.

Perkembangan : Adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitatif. Rangkaian yang bersifat progresif, teratur dan berkesinambungan, serta bersifat kumulatif.

ASPEK APA SAJA YANG MENGALAMI PERUBAHAN DI MASA REMAJA?

Aspek Fisik:

Perubahan hormonal

- fungsi reproduksi

- ciri seksual sekunder

- perubahan fisik (tidak seimbang)

- perubahan suara

- peningkatan energi

Aspek psikologis:

- Meningginya dorongan perasaan aku/ ego, sehingga cenderung menentang terhadap otoritas, senang protes, membangkang, mengkritik, egois dan egosentris.

- Emosi mudah meluap, perasaan diri “super”

- Labilitas emosi

- Konflik emosional, suasana hati mudah berubah

- Mencari identitas/jati diri, senang tampil beda, suka mode, mulai merokok, suka kebut-kebutan, membual, berpetualang.

- Meningkatnya fungsi kognisi, besar rasa ingin tahu, idealisme tinggi.

- Ketertarikan terhadap lawan jenis

- Kebutuhan narsistik (cinta pada diri sendiri)

Perubahan ini terjadi dalam waktu yang relatif cepat, sehingga bagi orang tua atau orang dewasa yang kurang peka atau kurang memahami kondisi remaja akan merasa terganggu dan tidak mudah menerima perubahan perilaku remaja dengan menampilkan respon atau sikap negatif. Hal ini seringkali menjadi sumber meningkatnya permasalahan yang terjadi dengan remaja. Padahal masa remaja sendiri merupakan periode bermasalah, sehingga seyogyanya tidak harus ditambah lagi dengan beban permasalahan dengan orang dewasa maupun lingkungannya.

ASPEK PERKEMBANGAN REMAJA

a. Perkembangan anak

Aspek perkembangan anak yang mudah dilihat dan diamati pada masa remaja adalah perkembangan fisiknya. Perkembangan fungsi reproduksi dan seksual sekunder merupakan aspek perkembangan fisik yang mengalami perubahan cukup besar, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bentuk fisik seorang remaja.

Tidak jarang perkembangan fisik yang terjadi secara cepat dan belum mantap/seimbang, membawa pengaruh terhadap aspek kejiwaan remaja. Oleh karena itu, keberhasilan remaja mengatasi problema-problema yang sedang dihadapi dengan baik, akan mengantarkan mereka menuju kepada tahap perkembangan selanjutnya dengan mudah dan merasakan masa remaja dengan bahagia.

b. Perkembangan sosial

Terhadap perubahan dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar:

- Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar

- Kegiatan sosial yang melibatkan kedua kelompok jenis kelamin

- Bertambahnya wawasan, sehingga meningkatkan penilaian yang positif dan bisa lebih mengerti terhadap orang lain.

- Berkurangnya prasangka dan diskriminasi dalam aspek budaya dan kepribadian seseorang

- Remaja mengalami perubahan menonjol dalam hubungan heteroseksual. Dalam waktu singkat remaja mengalami perubahan radikal dalam hubungan dengan lawan jenis.

- Remaja cenderung memilih teman-teman dekatnya yang memiliki minat dan perilaku yang sama kemudian perilaku kelompok menjadi perilakunya.

- Remaja membutuhkan orang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara dan dapat diandalkan.

- Remaja ingin menonjolkan diri dalam penampilan yang menarik perhatian sehingga ia merasa populer

- Remaja membutuhkan standar norma untuk dapat diterima dalam kelompoknya.


c. Perkembangan emosi

- Emosi lebih mudah bergejolak

- Kondisi emosional bisa berlangsung lama

- Melibatkan emosi dalam sikap ketertarikan terhadap lawan jenis

- Sangat peka, mudah tersinggung dan mudah merasa malu

Yang dimaksukan dengan emosi meliputi: takut, cemas, marah, sebal, cemburu, iri hati, ingin tahu, afeksi/sayang, sedih, bahagia dan lain-lain.

- Emosi tinggi, mudah marah, meledak-ledak karena merupakan masa badai dan tekanan.

- Suka menggerutu, tidak mau bicara, mudah depresif, stress

- Suka mengkritik orang lain sehingga dimatanya orang lain lebih banyak negatif.

- Suka iri dengan milik orang lain sehingga punya keinginan untuk memiliki benda yang sama dengan milik orang lain.

- Mengalami masalah percintaan yang hebat, sehingga mudah bahagia tetapi mudah frustasi.

- Tidak realistik. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya.

- Merasa memiliki banyak permasalahan dan ingin mampu menyelesaikan sendiri tanpa bantuan guru dan orang tua.

- Ingin menuntut kebebasan tetapi takut bertanggung jawab.

d. Perkembangan kognitif

- Mulai kritis, segala sesuatu harus rasional dan jelas

- Rasa ingin tahu yang kuat, diikuti keinginan untuk ber eksplorasi terhadap hal-hal yang ada disekitarnya.

- Jalan pikiran egosentris, segala sesuatu masih dilihat dari sudut pandanya sendiri.

e. Perkembangan moral

Berbeda dengan pada waktu masa anak-anak yang menyerap seluruh nilai orangtua dan orang dewasa lainnya, pada masa remaja mereka mulai memberontak dari nilai tersebut, kemudian menentukan nilai sendiri. remaja mulai mempelajari apa yang diharapkan kelompok dan harapan sosial.


f. Perkembangan konsep diri

Biasanya konsep diri remaja cenderung negatif karena:

- Kondisi perkembangan fisik yang kurang proporsional

- Tergantung terhadap penilaian orang lain terhadap dirinya

- Merasa selalu diperhatikan dan menjadi pusat perhatian

- Memiliki aspirasi yang sangat tinggi (ideal)

Namun hal ini semakin lama akan semakin terdeferensi dan justru pada saatnya cenderung akan kembali pada gambaran yang terbentuk pada saat kanak-kanak.

- Simbol status merupakan simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki status yang lebih tinggi dalam kelompoknya (status, ekonomi, prestasi, penampilan, dan lain-lain).

- Merokok, merupakan salah satu simbol status penerimaan dalam kelompoknya.

- Penampilan, kendaraan dan pakaian, HP juga merupakan simbol status.

g. Perkembangan heteroseksual

Tugas perkembangan remaja di bidang heteroseksual ini adalah remaja belajar memerankan jenis kelamin, mampu mengembangkan relasi yang matang dengan lawan jenis serta membentuk ikatan saling ketergantungan yang sehat dengan lawan jenis.

Beberapa ciri penting perkembangan heteroksual remaja secara umum yaitu:

- Remaja mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis kelaminnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya.

- Minat terhadap lawan jenis makin kuat disertai keinginan kuat untuk mendapatkan dukungan dari lawan jenisnya.

- Minat terhadap kehidupan seksual

- Remaja mulai mencari-cari informasi tentang kehidupan seksual orang dewasa. Muncul juga rasa ingin tahu dan keinginan bereksploirasi untuk melakukannya.

- Minat dalam keintiman secara fisik dengan lawan jenis.

- Remaja memiliki dorongan yang kuat terhadap perilaku seksual misalnya berciuman pada saat kencan pertama, berpegangan tangan, dan lain-lain. Hal ini didorong oleh perubahan fisiologis.

- Remaja memiliki keingin tahuan /informasi tentang seks baik melalui buku, handphone, internet, film atau gamba porno.

- Remaja laki-laki memiliki kecenderungan meromantiskan anak perempuan, misalnya membawakan bunga, berpakaian rapi dan tempat yang romantis.

- Remaja memiliki khayalan tinggi tentang perilaku sex.

Apabila remaja berhasil memantapkan perannya sesuai dengan jenis kelaminnya dan mengalami kepuasan dalam menjalankan perannya, maka remaja akan dapat memantapkan orientasi seksualnya (hetero atau homoseksual).

Kegagalan proses identifikasi peran jenis kelamin dapat menghambat perkembangan heteroseksualnya.

MASALAH UMUM REMAJA:

Seperti diuraikan diatas, kebanyakan masalah yang dialami remaja berkaitan dengan masalah penyesuaian diri, dibandingkan dengan kasus-kasus atau masalah penyimpangan kepribadian yang juga dialami oleh remaja.

Masalah penyesuaian diri remaja terlihat lebih buruk bila dibandingkan dengan masalah pada usia perkembangan lainnya, hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan antara lain:

a. Persoalan remaja biasanya mempengaruhi lebih banyak orang

b. Periode remaja yang berlangsung cepat membuat remaja tidak memiliki cukup waktu untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai masalah yang dihadapi.

c. Remaja hanya memiliki sedikit pengalaman untuk memecahkan masalahnya secara mandiri, berbeda pada saat masa anak yang masih selalu mendapat bantuan dari orang tua, sementara remaja sudah dituntut untuk mandiri.

Beberapa masalah remaja yang berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungannya antara lain:

a. Konflik Dengan Orang Tua

Biasanya bermula dari persoalan kesalah pahaman, kesulitan komunikasi atau perbedaan-perbedaan norma antara anak remaja dengan orang tuanya. Perlakuan orang tua yang kurang bijaksana, terlalu mudah berprasangka, kurang sabar, banyak menuntut tapi kurang mampu memberi contoh tauladan, atau ketidak sepahaman antara kedua orang tua sendiri di dalam mendidik anak serta kurang berwibawa.


b. Masalah Keretakan Keluarga

Anak-anak dari keluarga “Broken Home” merupakan anak-anak dengan kesulitan tersendir. Masalah seperti perceraian, penyelewengan orang tua menjadi masalah yang sulit bagi remaja karena mereka kehilangan panutan. Kondisi tertekan dapat menimbulkan kompensasi perilaku yang menyimpang sebagai penyaluran beban atau ketegangan emosional.

c. Masalah Dengan Teman Sebaya

Mendapat pengakuan dan penerimaan oleh teman-teman sebaya merupakan kebutuhan yang mutlak bagi remaja. Remaja yang terasing dari teman sebayanya akan mengalami kesepian dan merasa tersisihkan, yang menimbulkan perasaan rendah diri. Belum lagi apabila hubungan dengan teman atau pacar ditentang orangtua.

d. Masalah Penyalahgunaan Obat dan Narkotika

Tidak saja di kota-kota besar, saat ini hampir disemua tempat tidak luput dari terjangkitnya persoalan penyalahgunaan narkotika. Dan yang sangat memprihatinkan, sebagian besar yang terlibat dalam kasus ini adalah anak-anak remaja, baik dikota maupun di desa hampir diseantero dunia.

Sasaran pada remaja adalah yang paling mudah, karena sesuai dengan kondisi labilitas yang dialami remaja banyak dimanfaatkan oleh oknum jaringan untuk menjaring pengguna narkoba dengan seluas-luasnya.

Meskipun demikian, sebenarnya remaja yang terperangkap dalam penyalahgunaan obat dan narkotika adalah mereka yang memiliki permasalahan dengan kepribadiannya, meskipun pengaruh usia remaja yang sedang mengalami rasa keingintahuan dan kebutuhan ekplorasi yang sangat kuat akan memudahkan dirinya terseret arus penggunaan obat-obatan terlarang.

e. Masalah Seksualitas

Masalah seksualitas di kalangan remaja banyak disebabkan karena kurangnya informasi tentang masalah seksual ataupun pendidikan seks yang tepat, sehingga banyak remaja yang masih buta terhadap masalah seksual.

Sedangkan arus globalisasi tidak lagi dapat menahan berbagai rangsangan seksual berupa pornografi baik melalui film, barang cetak/gambar, pembicaraan ataupun pertunjukan-pertunjukan yang sangat mudah dinikmati remaja. Sementara mereka tidak cukup dibekali dengan pengetahuan tentang resiko masalah seksual, mengingat banyak orang dewasa atau orang tua menganggap masalah seksual adalah tabu.

f. Masalah kesulitan belajar dan pekerjaan

Problema yang tidak sedikit dialami remaja adalah kesulitan dalam belajar, meliputi: kegagalan dalam belajar, tidak naik kelas, tidak diterima di sekolah favorit, tidak sesuai dengan minat dan bakat atau konflik dengan guru dan lain-lain.

Sulitnya mencari lapangan pekerjaan/pengangguran juga merupakan sumber frustasi yang tidak kalah beratnya dengan persoalan-persoalan remaja lainnya.

Dengan uraian tersebut di atas, dapat dikatakan sesungguhnya persoalan yang dihadapi oleh remaja bisa berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan pada umumnya. Meskipun demikian, perilaku yang khas pada remaja seakan menjadikan permasalahan remaja terlihat menonjol. Mengingat remaja adalah harapan bangsa ke depan, maka sebagai SDM potensial, jangan sampai mereka harus gugur sebelum berkembang.

RENTANG USIA PERKEMBANGAN

- TAHAP PRE NATAL : KONSEPSI – LAHIR

- MASA BAYI : 0 – 2 TAHUN

- KANAK-KANAK : 1 – 5 TAHUN

- MASA SEKOLAH : 6 – 12 TAHUN

- PUBERTAS : 13 – 14 TAHUN

- REMAJA AWAL : 14 – 17 TAHUN

- REMAJA AKHIR : 17 – 21 TAHUN

- DEWASA AWAL : 22 – 40 TAHUN

- SETENGAH BAYA : 40 – 60 TAHUN

- MASA TUA : 60 – MENINGGAL

B. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN REMAJA

Sebutan “puber” berasal dari “pubertas” dari bahasa Latin.

Pubertas berarti kelaki-lakian dan menunjukkan kedewasaan yang dilandasi oleh sifat-sifat kelakian dan ditandai oleh kematangan fisik. Puber berasal dari akar kata “pubes”, berarti rambut-rambut kemaluan, yang menandakan kematangan fisik. Dengan demikian masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin.

Istilah “adolescentia” juga berasal dari bahasa latin, “adolescentia”. Pengertian “pubertas” yang berkaitan dengan tercapainya tanda kematangan fisik, “adolescentia” dikaitkan dengan masa yang berbeda-beda.

Jadi adolescentia adalah masa perkembangan sesudah masa pubertas, yakni antara 17 tahun dan 22 tahun. Semua perubahan psikis, yakni antara umur 12 tahun dan 22 tahun.

Dalam pembahasan selanjutnya istilah “adolesensia” diartikan dengan “remaja” dengan pengertian yang luas, meliputi semua perubahan. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja, menunjukkan kemasa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada wanita dan pada laki-laki lebih tua sedikit.

Seorang remaja puteri sudah mulai masa remajanya pada umur 9 atau 10 tahun, tetapi ini merupakan suatu ketercualian. Tiba-tiba bagian tubuh bertambah panjang, yakni lengan dan kaki, dan meningginya badan merupakan tanda permulaan yang mudah dikenal. Perubahan yang berhubung dengan jenis kelamin dan kematangan seksual juga mudah terlihat.

Dapat disimpulkan bahwa remaja masa kini bisa mencapai masa dewasa pada umur 20 tahun, 21 tahun.

Bilamana remaja pada masa peralihan diamati dengan seksama, akan diperoleh berbagai catatan khas sebagai berikut:

1. Mula-mula terlihat timbulnya perubahan jasmani, perubahan fisik yang demikian pesatnya dan jelas berbeda dibandingkan dengan masa sebelumnya

2. Perkembangan inteleknya lebih mengarah ke pemikiran tentang dirinya, refleksi diri.

3. Perubahan-perubahan dalam hubungan antara anak dan orangtua, dan orang lain dalam lingkungan dekatnya.

4. Timbulnya perubahan dalam perilaku, pengamalan dan kebutuhan seksual.

5. Perubahan dalam harapan dan tuntutan orang terhadap remaja.

6. banyaknya perubahan dalam waktu yang singkat menimbulkan masalah dalam penyesuaian dan usaha memadukannya.

Stanley Hall adalah ahli pertama yang memandang perlu masa remaja diselidiki secara khusus, dan mengumpulkan bahan empiris. Mengemukakan bahwa perkembangan psikis banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis. Faktor-faktor fisiologis ini ditentukan oleh genetika, disamping proses pematangan yang mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan.

Ia juga mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolk emosi dan ketidak seimbangan, yang tercakup dalam “storm and stress”. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja diombang-ambingkan oleh munculnya:

1. kekecewaan dan penderitaan

2. meningkatnya konflik, pertentangan-pertentangan dan krisis penyesuaian.

3. impian dan khayalan

4. pacaran dan percintaan

5. keterasingan dari kehidupan dewasa dan normal kebudayaan.

A. Bandura berpendapat bahwa masa remaja menjadi suatu masa pertentangan dan “pemberontakan” karena terlalu menitik beratkan ungkapan-ungkapan bebas dan ringan dari ketidak patuhan seperti misalnya model gunting rambut dan pakaian yang nyentrik.

E. Spranger mengemukakan bahwa pada masa ini remaja sangat memerlukan pengertian dari orang lain. Bantuan dapat diberikan melalui pemahaman tentang diri remaja.

Harapan masyarakat terhadap remaja dapat dipenuhi melalui suatu proses bersinambung dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan.

Beberapa tugas perkembangan bagi remaja:

1. Menerima keadaan fisiknya

2. Memperoleh kebebasan emosional

3. Mampu bergaul

4. Menemukan model untuk identifikasi

5. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

6. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan.

Tugas perkembangan pada umumnya bisa dilaksanakan dengan lancar bila tidak ada rintangan dari lingkungan maupun dari dalam diri remaja sendiri. Kesulitan yang menghambat kelancaran pelaksanaan tugas perkembangan:

ad. 1. Menerima keadaan fisiknya

Pada masa ini remaja mengalami berbagai macam perubahan fisik. Perubahan fisik berhubung dengan pertumbuhannya dan kematangan seksual.

Perbedaan antara harapan remaja maupun harapan lingkungan dengan keadaan fisik remaja, menimbulkan masalah bagi remaja, sehingga sulit baginya untuk menerima keadaan fisiknya.

Kadangkala timbulnya kesulitan dalam menerima fisik sehubungan dengan jenisnya. Kesulitan menerima fisik jenisnya, sering berkaitan dengan kekecewaan pada masa sebelumnya.

Misalnya: 1. Harapan orangtua memperoleh seorang putera, tetapi yang lahir seorang puteri. Harapan ini mempengaruhi puterinya, sehingga menyesali “jenisnya” dan tidak dapat menerima fisiknya sendiri.

2. Seorang puteri melihat sikap keras ayah terhadap ibu cemas akan nasib dirinya sebagai wanita dan tidak mau menerima kenyataan fisiknya sebagai wanita. Akibatnya ia tidak mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sebagai wanita.

Dari beberapa contoh ini terlihat bahwa tugas perkembangan “menerima keadaan fisik” baik berhubungan dengan penampilan maupun ciri-ciri jenis kelamin dapat mengalami rintangan dan mengakibatkan timbulnya masalah.

ad. 2. Memperoleh kebebasan emosional

Agar menjadi seorang dewasa yang dapat mengambil keputusan dengan bijaksana, remaja harus memperoleh latihan dalam mengambil keputusan secara bertahap.

Remaja perlu merennggangkan ikatan emosional dengan orangtua, supaya belajar memilih sendiri dan mengambil keputusan sendiri. Usaha memperoleh kebebasan emosional ini sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orangtua. Dengan demikian tanpa pengertian orangtua terhadap usaha remaja mungkin akan timbul reaksi “menindas” perilaku yang tidak diinginkan orangtua.

Tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan-pertentangan dalam keluarga. Pertentangan dan perselisihan faham yang tidak terselesaikan di rumah sering “memaksa” remaja mencari ketenangan di luar rumah. Dengan melarikan diri dari suasana “konfrontasi” dirumah, remaja memperoleh “kebebasan emosioanl” secara terpaksa. Remaja yang meninggalkan rumah dan keluarga dan tidak memperoleh penampungan yang menunjang perkembangannya, mudah terkena pengaruh kurang baik yang menjerumuskan.

Dengan bekal “kebebasan emosional” berlandaskan kemampuan membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik, apa yang patut dipilih, apa yang harus dihindari, tujuan mana yang harus dikejar dan tindakan atau keputusan mana sebaiknya diambil, remaja dapat bergaul dan menjalankan tugas perkembangan selanjutnya.

ad. 3. Mampu bergaul

Dalam mempersiapkan diri untuk masa dewasa, remaja harus belajar bergaul dengan teman sebaya dan tidak sebaya, sejenis maupaun tidak sejenis. Tugas perkembangan ini tidak selalu ditunjang oleh hasil perkembangan lainnya. Keinginan untuk bergaul secara luas mungkin sudah mendorong remaja untuk melakukan usaha pendekatan terhadap teman sebaya, tidak sebaya, tidak sejenis. Tetapi apa daya.... perasaan malu, perasaan diri tidak sesuai dengan harapan sendiri, lebih-lebih lagi perasaan diri tidak sesuai dengan harapan orang lain, akan menghambat usahanya dalam melibatkan diri dalam pergaulan yang lebih luas.

Dalam usaha memperluas pergaulan, remaja sering menghadapi berbagai macam keadaan, mengalami pengaruh lingkungan baik yang mengarahkan maupun yang mengombang-ambingkannya. Pada masa remaja bekal pegangan hidup dari orangtua sering dianggapnya sudah kadaluwarsa. Dalam kekosongan ini remaja mudah terombang-ambing, tidak tahu tempatnya, tidak dapat menempatkan dirinya sehingga perlu melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.

ad. 4. Menemukan model untuk identifikasi

Remaja pada masa ini sedang merenggangkan diri dari ikatan emosional dengan orangtuanya. Mereka sedang membongkar landasan hidup, yang sudah diletakkan orangtuanya sepanjang masa anak.

Menurut E. H. Erikson masa ini remaja harus menemukan identitas diri. Ia harus memiliki gaya hidup sendiri, yang bisa dikenal dan ajek walaupun mengalami berbagai macam perubahan.

Ikatan pribadi pada masa ini sangat penting untuk pembentukan identitas diri. Pengetahuan dan contoh nyata dalam kehidupan harus didapatkannya dari model di masyarakat. Model orang yang patut dicontoh baik tingkahlakunya maupun kepribadiannya. Orang yang pantas menjadi model sedapat mungkin memiliki sifat-sifat, sikap-sikap, pandangan-pandangan yang sehat, penuh tanggung jawab disamping berkemampuan swasembada dan berhasil.

Masalah yang serius timbul dalam menunaikan tugas perkembangan ini terletak pada langkanya tokoh identifikasi yang patut dijadikan model bagi remaja. Banyak tokoh diambil dari dunia perfilman, yang menonjolkan kekerasan dan agresifitas.


ad. 5. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

Pada masa ini terlihat juga dalam cara berpikir remaja yang menunjukkan bertambahnya minat terhadap peristiwa yang tidak langsung dan hal-hal yang tidak konkrit.

Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja cenderung berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan, sehingga sering menghadapi kenyataan yang berbeda atau bertentangan dengan kemungkinan yang dipikirkannya. Tidak tercapainya angan-angan, bisa menimbulkan frustasi dengan semua akibatnya baik yang positif maupun yang negatif.

Selain angan-angan sendiri, pandangan masyarakat baik harapan maupun tuntutan terhadap remaja yang tidak bisa dipenuhinya akan menjadi salah satu sumber penyebab frustasi.

Untuk mencegah timbulnya perilaku yang sangat menghambat perkembangan remaja, maka remaja perlu refleksi diri untuk mengetahui kemampuan, sejauh mana jangkauan kesanggupannya bisa mencapai kemungkinan dan kesempatan yang diperolehnya secara nyata, dan menerima apa yang didapatkannya sebagai hasil refleksi.

ad. 6. memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan dalam. Lingkungan luar dan pengaruhnya kadang-kadang perlu dihambat dan dicegah, supaya tidak terlalu besar perangsangannya terutama bila bersifat negatif. Demikian pula lingkungan dalam diri yang mempengaruhi munculnya perilaku yang tidak bisa ditoleransikan oleh umum, oleh masyarakat harus dikendalikan dan dicegah pemunculannya.

Lingkungan dalam remaja penuh gejolah perasaan, keinginan dan dorongan yang bisa tersalur dalam perilakunya. Skala nilai dan norma yang baru bisa diperolehnya melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Tokoh masyarakat yang dianggapnya berhasil dalam kehidupannya.

Orangtua turut berperan dalam pembentukan nilai, terutama dengan uraian dan keterangan mengenai keyakinan dalam agama yang dianutnya. Orangtua dapat membantu remaja dengan mengemukakan peranan agama dalam kehidupan masa dewasa, sehingga penyadaran ini dapat memberi arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya.

Menurut G. Konopka, masa remaja merupakan fase yang paling penting dalam pembentukan nilai. Pembentukan nilai merupakan suatu proses emosional dan intelektual yang sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Lingkungan sosial merupakan sumber keterangan utama dari arti dan nilai-nilai. Nilai-nilai dan arti didapatnya dari orang-orang penting, antara lain: guru, pemimpin kelompok, pembina pramuka, orangtua dan lain sebagainya. Pada masa ini remaja justru sedang merenggangkan diri dari orangtua, sehingga pengaruh pemimpin kelompok teman sebaya lebih besar dibandingkan dengan pengaruh orangtua dalam hal penerimaan nilai mereka.

Masalah remaja dalam usaha memperkuat penguasaan diri berlandaskan sistema nilai dan norma sering berpangkal pada kurang jelasnya nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat tersebut. Akhirnya remaja bingung dan tidak tahu nilai moral dan kebudayaan manakah yang penting bagi pengarahan hidup dan pengendali perilakunya.

ad. 7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan

a. Seorang anak masih bersifat egosentris. Segala hal dipandang dari sudut pandangnya sendiri, terpusat pada keinginan dan kebutuhn sendiri. Reaksi dan tingkahlakunya sangat dipengaruhi oleh emosi dan kebutuhannya, sehingga sulit menangguhkan terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu.

b. Seorang remaja diharapkan bisa meninggalkan kecenderungan, keinginan untuk menang sendiri, remaja harus belajar melihat dari sudut pandang orang lain. Belajar mengingkari kesenangan diri sendiri, menangguhkan hal-hal yang menyenangkan dan mendahulukan pelaksanaan tugas dan kewajiban.

Dalam interaksi sosial dengan teman sebaya maupun mereka yang tidak seumur, remaja harus mengikutsertakan adanya orang lain dalam pertimbangan dan keputusan tentang tindakan yang akan diambilnya.

Remaja sekarang mulai memindahkan rasa keterikatannya pada orang di luar lingkungan keluarga. Remaja mulai menjalin hubungan persahabatan yang intim dengan teman. Persahabatan yang intim bisa meliputi jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan persahabatan sebelumnya.

Dengan timbulnya dorongan seks sebagai hasil kematangan seks, persahabatan intim terjalin antara remaja pria dan puteri. Bila persahabatan intim menjurus ke pacaran, cinta monyet, maka perlu peningkatan kewaspadaan. Persahabatan yang akrab disertai kematangan berpikir dan perkembangan moral yang cukup berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.

Kesibukan remaja dengan pelaksanaan tugas perkembangan dan persiapan masa kedewasaan juga mempengaruhi prestasi belajar. Remaja yang asyik dengan petualangannya dalam penjajahan alam pacaran baik secara nyata maupun dalam khayalan, mungkin sulit membagi waktu secara efektif. Keasyikan yang menghanyutkan dirinya mungkin menjerumuskan ke spekulasi materi untuk ulangan atau ujian. Spekulasi yang kurang beruntung mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sebagaimana diharapkan. Prestasi belajar yang menurun tidak hanya mengecewakan remaja, tetapi lebih lagi orangtua. Terganggunya konsentrasi belajar dan menurunnya prestasi belajar, biasanya menjadi pangkal sebab ketegangan dalam keluarga.

Dengan pengertian penuh dari orangtua, orang lain dalam lingkungan sekitar remaja tentang tugas perkembangan dan kesulitan yang dialami, didapatkannya dukungan moril dalam menunaikan tugas persiapan kedewasaan. Bimbingan dan uluran tangan orangtua yang sering ditolak remaja, perlu tetap ditawarkan dengan penuh kesabaran. Komunikasi antara orang-orang, pendidik, orang dewasa lain dan remaja harus tetap terpelihara, supaya remaja tidak tergelincir dalam pelaksanaan tugas perkembangan dan siap melaksanakan tugas selanjutnya pada masa dewasa.

Komunikasi antara remaja dan lingkungan akan tetap terpelihara dengan baik, bila pengertian terhadap remaja berlandaskan pengetahuan mengenai ciri-ciri remaja, yang juga erat berhubungan dengan perkembangannya.

Beberapa ciri khas remaja:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, sebagai akibat dari perkembangan fisik, menyebabkan timbulnya perasaan rendah diri.

2. Ketidak seimbangan secara keseluruhan terutama keadaan emosi yang labil. Berubahnya emosionalitas, berubahnya suasana hati yang tidak dapat diramalkan sebelumnya.

3. Perombakan pandangan dan petunjuk hidup yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, meninggalkan perasaan kosong di dalam diri remaja. Remaja tidak menyadari sebab perasaan kosong tersebut, tetapi membuang kesempatan baik dengan cara mengosongkan diri dari hasil didikan orangtua.

4. Sikap menentang dan menantang orangtua maupun orang dewasa lainnya merupakan ciri yang mewujudkan keinginan remaja untuk merenggangkan ikatannya dengan orangtua dan menunjukkan ketidak tergantungannya kepada orangtua ataupun orang dewasa lainnya.

5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal sebab pertentangan-pertentangan dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya.

6. Kegelisahan, keadaan tidak tenang menguasai diri remaja.

7. Ekperimentasi, atau keinginan besar yang mendorong remaja mencoba dan melakukan segala kegiatan dan perbuatan orang dewasa, bisa ditampung melalui saluran-saluran ilmu pengetahuan.

8. Eksplorasi, keinginan untuk menjajahi lingkungan alam sekitar sering disalurkan melalui penjelajahan alam.

9. Banyaknya fantasi, khayalan dan bualan, merupakan ciri khas remaja. Banyak hal yang tidak mungkin tercapai, bisa tercapai dalam fantasi. Remaja menutupi prestasi belajar yang tidak memuaskan dirinya dengan membual tentang keberhasilan yang dilebih-lebihkan.

10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan kelompok.

Dalam hal ini perlu diperhatikan agar kemungkinan timbulnya kekuatan yang disalurkan secara negatif dan destruktif dapat dicegah dan selanjutnya menyalurkannya secara positif.

Dengan bekal pengetahuan tentang ciri-ciri remaja dan tugas-tugas perkembangan pada masa ini, remaja diharapkan lebih mengerti dirinya sendiri dan dimengerti orang lain, sehingga dapat menjalani persiapan masa dewasa dengan lancar.