Jumat, 07 September 2007

PERKEMBANGAN ANAK (Suatu tinjauan dari sudut Psikologi Perkembangan)

BAB I

PERKEMBANGAN ANAK


Suatu tinjauan dari sudut Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan banyak dibicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbenttuk pada masa anak-anak.

Beberapa prinsip perkembangan

1. Perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar tetapi mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur, koheren dan berkesinambungan.

2. Perkembangan dimulai dari respons-respons yang sifatnya umum menuju ke yang khusus.

3. Manusia merupakan totalitas (kesatuan), sehingga akan ditemui kaitan erat antara perkembangan aspek fisik-motorik, mental, emosi dan sosial.

4. Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai.

5. Setiap fase perkembangan memiliki ciri dan sifat yang khas sehigga ada tingkah laku yang dianggap sebagai tingkah laku yang buruk atau kurang sesuai yang sebenarnya merupakan tingkah laku yang masih wajar untuk fase tertentu itu.

6. Karena pola perkembangan mengikuti pola yang pasti, maka perkembangan seseorang dapat diperkirakan.

7. Perkembangan terjadi karena faktor kematangan dan belajar dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan) dan faktor luar (lingkungan, pengalaman, pengasuhan)

8. Setiap individu itu berbeda.

Pentingnya masa anak-anak sebagai dasar dari seluruh kehidupan

Beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi dasar kepribadian dari anak antara lain ialah:

a. Macam dan kwalitas hubungan antar manusia, terutama antara anak dengan ibu.

b. Makin kaya dan bermakna hubungan antar manusia .

c. Metode pengusaha yang diterapkan dirumah.

1. Masa pralahir (pre-natal)

Merupakan masa yang berlangsung sejak konsepsi(bertemunya sel telur dan sperma ) sampai anak lahir.

Beberapa hal penting pada masa pralahir yang mempengaruhi prkembangan seseorang antara lain ialah:

1.1. Gizi: Kurangnya gizi pada ibu hamil mengakibatkan berat badan lahir bayi rendah (dan ini dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi) dan perkembangan yang buruk.

1.2. Perangsangan: Janin telah menujukan reaksi berbagai perangsangan seperti pradaban, tekanan, perubahan suhu, suara, cahaya, perangsangan mana terjadi karena suntikan, penyinaran, (X-ray), rangsang kimia atau oabat – obatan dan sebagainya.

1.3. Emosi ibu: Pada ibu-ibu yang mengalami ketegangan terjadi gerakan bayi yang meningkat dan adanya unsur kecemasan dalam diri si ibu dapat mempengaruhi kelancaran dari proses melahirkan itu sendiri.

1.4. Penyakit: dikenal beberapa penyakit yang diderita ibu yang membahayakan keadaan janin misalnya rubella, sakit kuning, syphilis, TBC, malaria dan lain-lain.

1.5. Usia ibu: usia antara 20 - 30 dikatakan ideal untuk mengandung.

2. Masa BAYI

Masa ini banyak disebut-sebut sebagai berlangsung dari saat bayi lahir sampai berumur 2 tahun. Untuk masa ini adalah lebih penting mengetahui bagaiman proses bayi itu daripada kapan atau jam berapa bayi itu lahir karena dengan mengetahui proses kelahiran tersebut dapat diketahui sedikit banyak tindak lanjut.disamping itu beberapa ciri dibawah ini merupakan manifestasi dari adanya proses pekembangan pada bayi:

1. Adanya perkembangan fisik nampak dari makin bertambahnya ukuran panjang dan berat badan bayi.

2. Perkembangan motorik nampak dari adanya respon bayi terhadap rangsang berupa gerakan seluruh tubuh dan refleks-refleks.

3. Perkembangan berpikir (kognitif) pada bayi di tandai oleh persyaratan rasa ingin tahu.

4. Pada masa ini pula terjadi perkembangan bicara. Masa bayi dikatakan juga Sebagai fase pra-bicara dimana ada 4 tahap yang akan dilalui, yakni:

A. Pra mengoceh (berupa tangisan dan bunyi bahasa tertentu)

B. Mengoceh (sekitar 6-12 bulan)

C. Kalimat satu kata (12-15 bulan)

D. Kalimat dua kata (terjadi bila anak telah memiliki perbendaharaan kata sebanyak ± 50 kata)

5. Perkembangan emosi dan sosial : mula-mula emosi tenang atau senang dan terangsang (excited) timbul sehubungan dengan rangsangan fisik (misalnya bayi kenyang dan merasa nyaman nampak tubuh mengendor, tidur nyenyak, berceloteh, dan tertawa).

3. Masa anak Pra-Sekolah

Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang antar umur 2-6 tahun. Beberapa ciri perkembangan pada masa ini adalah :

a. Perkembangan motorik :dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem syaraf otot (neuromuskuler) memungkinkan anak-anak usia ini lebih lincah dan aktip berrgerak.

b. Perkembangan bahasa dan berfikir: Kemampuan berbicara lisan pada anak akan berkambang karena terjadi selain oleh pematangan dari organ – organ bicara dan berpikir,juga karena lingkunga ikut membantu mengembangkannya.

Ada 4 tugas yang perlu diperhatian pengembangannya yakni:

1. Mengerti pembicaraan orang lain

2. Menyusun dan menambah perbendaharaan kata

3. Menggabungkan kata menjadi kalimat

4. Pengucapan yang baik dan lancar

c. Perkembangan sosial: Ketampilan dan penguasaan dalam bidang fisik,motorik,mental,emosi sudah lebih meningkat.pada masa ini anak dihadapkan pada tuntunan soial dan susunan emosi baru.

4. Masa Anak – Sekolah (umur 6-12 tahun)

Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar.

Dengan memasuki S.D. salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak adalah kematangan sekolah.Pada masa anak sekolah ini ,anak –anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman.bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas akan tumbuh rasa rendah diri,sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya ,akan timbul motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain perkataan terpupuklah “industry”

Penutup

Dengan mengetahui prinsip-prinsip perkembangan serta ciri-ciri perkembangan dari berbagai tahap usia, diharapkan orangtua dapat lebih mengenal pertumbuhan putra-putrinya dari sedini mungkin menemukan kemungkinan adanya kelaian atau penyimpangan dalam perkembangan.

Adanya kerjasama dan pendekatan bersama oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu dan kegiatan akan sangat membantu perkembangan anak.

1. Latar belakang keturunan yang sama mungkin dihasilkan ciri-ciri kepribadian yang berbeda pada kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda pula.

2. Latar belakang keturunan yang berbedan dan pada lingkungan hidup yang berbeda pula, dapat dihasilkan pola perkembangan yang sama atau hampir sama.

3. Lingkungan hidup yang sama bisa menimbulkan perbedaan-perbedaan ciri kepribadian pada anak-anak yang berlainan latar belakang keturunannya.

4. Lingkungan hidup yang tidak sama bisa menimbulkan persamaan dalam ciri-ciri kepribadian, meskipun latar belakang keturunan tidak sama.

Faktor keturunan atau faktor konstitusi saja tidak menentukan munculnya suatu ciri tingkah laku, karena masih ada faktor lain yakni lingkungan dimana bayi atau anak akan tumbuh dan berkembang. Di pihak lain, lingkungan saja tidak mungkin bisa distrukturkan sedemikian rupa untuk mengharap anak berkembang melebihi kerangka genotip yang dimiliki. Tujuan dari memperkembangkan anak, adalah memunculkan sesuatu yang secara genotip dimiliki sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Tujuan dari mendidik anak di sekolah antara lain ialah memunculkan kemampuan-kemampuan dasar sebaik-baiknya dalam kerangka batas yang dimiliki setiap anak.

Faktor lingkungan adalah variabel-variabel yang bisa diubah-ubah untuk mempengaruhi perubahan-perubahan dan tentunya arah dari perkembangan-perkembangan yang diharapkan. Dilingkunganlah terapat sumber rangsangan yang mempengaruhi perkembangan anak, mempengaruhi sebagian atau bahkan keseluruhan ciri-ciri kepribadian yang akan terbentuk. Sehubungan dengan rangsang-rangsang yang berasal dari lingkungan, yang mempengaruhi perkembangan anak, ada dua hal yang penting, yakni:

1) Bahwa dalam proses perkembangan ada saat-saat ketika anak siap untuk menerima sesuatu dari luar. Kematangan dicapai untuk disempurnakan dengan rangsangan-rangsangan yang tepat. Keadaan ini disebut dengan masa-kritis, masa yang peka, di mana harus terjadi rangsangan yang tepat, misalnya dalam bentuk latihan atau proses belajar tertentu, maka selanjutnya akan mengalami kesulitan.

2) Bahwa masa perkembangan pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya adalah masa-masa yang penting untuk pembentukan dasar-dasar kepribadian seorang anak.

Beberapa pola pemberian perangsangan pada anak-anak.

1. Perangsangan yang diberikan terlalu dini

2. Perangsangan yang diberikan terlalu lambat

3. Perangsangan yang diberikan secara tidak terpadu


KEPUASAN ORAL PADA BAYI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada masa menyusu dari bayi terhadap perkembangan kepribadiannya.


I. Mengisap pada masa bayi

S. Freud, seorang ahli Psikoanalisa menamakan masa bayi sebagai “tahap oral”. Disebut demikian karena merupakan tahap dari perkembangan psikoseksual yang pertama setelah kelahiran dimana sumber utama kenikmatan dan pemuasan kebutuhan berasal dari rangsangan di daerah mulut.

Pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi, kegiatan yang mula-mula adalah mengisap untuk memperoleh makanan bagi kelangsungan hidupnya. Tanpa makan pun, mengisap pada masa ini merupakan suatu kebutuhan tersendiri yang mempunyai fungsi lain, misalnya: karet dot, yaitu untuk mencegah anak menjadi terlalu aktif dan supaya menjadi tenang. Jadi mengisap mempunyai fungsi menenangkan pada bayi meskipun cara membuai atau mengayun dipakai juga untuk tujuan yang sama.

Tahap oral menurut Freud terbagi dalam dua tahap. Yang pertama dinamakan “oral-dependet”, karena pada saat ini bayi sepenuhnya tergantung pada rangsang makanan pada mulutnya. Yang kedua dinamakan “oral-aggression”, karena terjadi sikap agresif pada saat penyapihan, yang menimbulkan kecewa dan marah tetapi juga karena pertumbuhan gigi, sehingga tingkah laku menggigit timbul pada saat ini, yang merupakan sumber ketenangan lain bagi anak.

Dari uraian psikoanalisa disimpulkan bahwa frustasi dorongan oral pada anak menyebabkan timbulnya kebiasaan mengisap jari. Teori “dorongan oral merupakan hal yang dipelajari kemudian”, mengatakan bahwa kurangnya kebiasaan mengisap ibujari disebabkan oleh kurangnya mengisap pada masa menyusu. Mengisap juga merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi rasa aman pada bayi. Hal ini juga terlihat pada binatang yang menyusui, memegang dada induknya serta mengisap. Tingkah laku ini mempunyai fungsi yang berlainan, pertama untuk memperoleh makanan, dan kedua untuk keterikatan.

II. Peranan tokoh ibu dalam perawatan bayi

Sifat hubungan ibu dan anak akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak di kemudian hari. Hubungan yang kaku dan dingin, penuh rasa permusuhan, akan memupuk kelak sifat suka melawan pada anak. Hubungan yang demikian juga merupakan sebab terbentuknya individu-individu yang bertipe antisosial.

M. Rutter menyebutkan enam sifat yang dianggapnya merupakan kualitas perawatan pada bayi, yaitu:

1. Adanya hubungan cinta kasih

2. Adanya keterikatan

3. Adanya hubungan yang tidak terputus

4. Adanya rangsang untuk berinteraksi

5. Hubungan dengan seorang individu

6. Perawatan di rumah sendiri

Erikson menekankan peranan orang tua dalam membina kepercayaan bayi terhadap dunia luarnya. Dasar kepercayaan yang terbentuk pada masa ini membantu bayi sebagai individu untuk mengembangkan diri dan menerima pengalaman-pengalaman baru. Sementara itu dapat pula terjadi kemungkinan terbentuknya rasa tidak percaya.

Selama tahap oral, ibu atau orang yang merawatnya memainkan peranan besar dalam lingkungan serta merupakan obyek utamanya. Ayah baru kemudian mendapat giliran untuk dijadikan obyek penting. Sentuhan dengan tubuh ibu dapat memberikan perasaan aman. Kesenangan juga di peroleh dalam meikmati peluk ibu dan irama buaiannya. Hal tersebut menunjukkan adanya respon dari bayi terhadap perlakuan yang di terimanya dilandasi oleh perasaan cinta. Sebaliknya bayi apat merasakan ketiadaan cinta ibu atau orang yang merawatnya, karena itu responnya dengan sendirinya berlainan, hal inilah yang di sebut oleh Erikson sebagai suatu dasar terbentuknya rasa tidak percaya.

Setelah bayi mengenal ibunya dan dapat membedakan dari orang dewasa lainnya, mulailah timbul ”keterikatan” terhadap si ibu dan kadang-kadang menyebabkan bayi takut kepada orang lain yang tidak di kenalnya. Ibu yang merupakan objek yang di kenal, memberikan rasa aman oleh kehadirannya. Orang dewasa lain yang tak di kenal menimbulkan perasaan tak tenteram yang merangsang rasa was-was pada bayi. Ia tahu bahwa ibu akan selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Keterikatan bayi pada ibunya menurut Freud di mulai dari situasi memberi makan, dan menurut Erikson bermula pada pergaulan yang terjadi terus-menerus antara ibu dan bayi, sedangkan cara ibu memberi makan bayi akan memperkuat keterikatannya.

Menurut P.H. Mussen dkk., pada ibu yang menyusui sendiri, situasi pemberian makanan akan menimbulkan kesenangan pula bagi si ibu di mana ia mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk memeluk anak, merapatkan tubuhnya dan memberikan “support” pada bayi dan juga perangsangan pada alat indra bayi. Sikap memeluk memungkinkan anak lebih aktif dalam mamberikan respon gerakan terhadap si ibu. Tetapi situasi ini dapat pula terjadi pda ibu-ibu yang melakukan pemberian makan bayinya dengan botol susu yaitu jika anak di gendong atau dipangku serta di rangsang pula untuk bicara ataupun bermain-main. Lain halnya bila ibu memberikan botol dan meninggalkan anak sendirian, cara pemberian makan yang secara psikologis kurang menumbuhkan rasa keterikatan pada bayi

III. Masalah Disapih sebagai Suatu Pengalaman Traumatis Bagi Bayi

menyapih yang diartikan sebagai menghentikan kegiatan menghisap susu ibu, oleh beberapa ahli di anggap mempunyai arti yang sangat penting karena membunyai hubungan yang erat dengan masalah kepuasan oral. O. Feninichel menyatakan bahwa menyapih itu dapat menimbulkan perasan kehilangan kepuasan oral pada anak yang bila di lakukan pada anak yang bila dilakukan pada saat terlalu dini akan menimbulkan kerinduan untuk dapat terus dipenuhinya kepuasan oral itu, sehingga kekecewaan yang dialaminya pada saat ini mempunyai efek di kemudian hari, yaitu terbentuknya karakter yang bersifat pesimis atau sadis. Sebaliknya masa menyapih yang terlalu lama, jadi dipenuhinya kepuasan yang lama dari dorongan oralnya, akan mempengaruhi terbentuknya aspek kepribadian yang bersifat optimis.

Proses menyapih juga merupakan keharusan-keharusan untuk dipelajari anak, dan terdiri dari 3 proses. Pertama, dihentikannya kebiasaan mengisap. Kedua, digantikannya makanan cair dengn makanan padat atau lunak, dan Ketiga, berarti berkurangnya kontak anak dengan ibu.

Menurut O.S. English dan G.H.J. Pearson, setiap anak mengalami banyak kekecewaan yang tidak dapat dihindarinya dalam hubungan dengan makanan, misalnya ia masih ingin meneruskan cara mengisap daripada harus belajar dengan cara mengunyah. Tetapi meskipun demikian secara bertahap ia juga akan belajar mengatasi kekecewaan tersebut dan akhirnya dapat pula belajar menyukai cara yang baru.

Pengalaman menyapih diartikan juga oleh O. Rank sebagai pengalaman traumatis yang kedua, sedangkan “pengalaman dilahirkan”, dihayati sebagai trauma yang pertama. Hal ini karena pengalaman dilahirkan ke dunia menyebabkan kejutan yang sangat dalam pengaruhnya terhadap organisme yang tidak berdaya itu, karena bukan hanya menyangkut terlepasnya organisme itu secara fisik dari kandungan si ibu, tetapi juga menimbulkan gangguan-gangguan dan perubahan-perubahan fisiologis. Pengalaman yang pedih ini membangkitkan perasaan cemas atau “anxiety” yang paling dasar dan yang dirasakan untuk pertama kalinya oleh manusia. Oleh sebab itu pengalaman menyapih disebut juga sebagai pencerminan trauma kedua.

Pada usia kira-kira tiga bulan bayi mulai memasukkan jari-jari ke dalam mulut bahkan ia mencoba memasukkan kepalan tangannya ke dalam mulut. Sesudah tangannya bisa menggenggam, bayi sudah waktunya diberi mainan, tetapi bersamaan dengan itu karena kebiasaan atau kenikmatan mengisap jari-jari atau kepalannya maka semua permainan yang jatuh dalam genggamannya tentu akan dimasukkan ke dalam mulut.

Jadi sesungguhnya kesulitan yang dihadapi dalam penyapihan lebih banyak berhubungan dengan proses belajar kembali atau “re-learning”, walaupun ada juga gangguan-gangguan emosional dalam penyapihan yang dipengaruhi oleh masalah kepuasan oral. Dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penyapihan itu, dari observasi yang berbeda-beda menunjukkan banyak perbedaan pada kebudayaan yang berbeda-beda.


IV. Kepuasan oral dan perkembangan kepribadian

Akhir dari tulisan ini mencoba memberi arti bahwa kepuasan dalam pemberian makan merupakan dasar pembentukan hubungan yang positif antara individu dengan orang lain.

Menurut Erikson, hubungan dengan individu itu terbentuk dalam tahap pertama dari perkembangan kepribadian dan yang disebutnya sebagai dasar pembentukan kepercayaan (basic trust). Jika dalam suatu tahap perkembangan terjadi gangguan atau hambatan, maka perkembangan selanjutnya akan terhambat pula. Setiap tahap perkembangan berbeda dengan tahap-tahap berikutnya, karena itu tidak dapat dihadapi dengan cara yang sama.

Tidak ada komentar: